Tugas Softskill Sistem Informasi Untuk Petani

TUGAS SOFTSKILL
SISTEM INFORMASI UNTUK PETANI



NAMA & NPM : Reza Purnomo Aji  15115843
                  Ahmad Dimiaeti 10115318
                      Razief Ardhana B 151151712
 KELAS: 2KA28 
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016

Kata Pengantar
    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.


Penyusun


Jakarta, ?? Desember 2016

DAFTAR ISI:
Pendahuluan.........................................................................I.
Pembahasan..........................................................................II.
       Pengertian Petani
       Sejarah dan Asal Mula Pertanian Indonesia
       Permasalahan
       Penanganan Masalah
       Manfaat Sistem Informasi dalam Pertanian
Penutup.................................................................................III.



I.            I.     PENDAHULUAN
Indonesia yang merupakan negara agraris sebagian besar penduduknya yang hidup di pedesaan bermatapencaharian sebagai petani. Pada mumnya mereka memiliki keinginan untuk meningkatkan produksi pertaniannya tetapi karena banyak masalah yang dihadapinya sehingga sulit untuk mencapai apa yang diinginkannya. Masalah sempitnya lahan usahatani di Indonesia umumnya melanda kalangan petani yang menjadi penyebab semakin menjalarnya kemiskinan pada golongan petani kecil.

Indonesia juga merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia. Pada tahun 1986 Indonesia telah mampu menjadi negara yang berswasembada pangan karena telah berhasil dalam penemuan dan pemakaian bibit unggul. Namun demikian, produksi pertanian Indonesia dari tahun ke tahun justru semakin manurun disebabkan oleh beberapa faktor yang disebabkan penurunan ini diantaranya banyaknya terjadi alih fungsi lahan yaitu lahan pertanian yang memiliki potensi produktivitas yang tinggi dialih fungsikan kesektor pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan hidup apalagi dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang mendorong reklamasi pertanian yang baru dengan memanfaatkan lahan pertanian yang telah berkurang maka usaha swasembada pangan akan mengalami kemerosotan.

Program pembangunan pertanian terutama bidang kecukupan dan ketahanan pangan yang telah lama dilaksanakan di Indonesia sampai sekarang masih sangat memprihatinkan. Kondisi pertanian pangan di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas ternyata belum mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri bahkan akhir-akhir ini kita cenderung semakin tergantung pada impor produk pangan dari luar negeri. Hasil yang diperoleh dari kinerja ekspor produk-produk pertanian juga dinilai belum menggembirakan. Laju peningkatan impor produk-produk pertanian cenderung lebih besar daripada laju peningkatan ekspor sehingga semakin menyulitkan posisi Indonesia dalam era pasar global yang penuh dengan persaingan.

Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian nasional, sumbangannya terhadap pendapatan devisa negara di luar minyak dan gas bumi serta dalam perekonomian rakyat tidak bisa di abaikan. Sejalan dengan hal ini, kondisi pertanian yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki pasar yang luas akan mendapat prioritas utama dalam pengembangannya. Dengan demikian, penemuan terhadap kebutuhan pangan, bahan baku industri, peningkatan lapangan kerja, peningkatan kesempatan berusaha dan peningkatan ekspor komoditi pertanian diharapkan dapat terjamin dan berkesinambungan.

Pertanian akan menjadi kekuatan besar jika dikelola dapat secara terpadu dalam satu kesatuan sistem agribisnis. Membangun sistem dan usaha agribisnis yang kokoh berarti pula membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan sehingga terjadi keseimbangan antar sektor. Ini juga berarti menciptakan meaningful employment yaitu di luar sektor pertanian, sehingga beban pertanian yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat teratasi.
II      II. PEMBAHASAN
   A.    Pengertian Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk juss, dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian. Pada hikikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
   B.     Sejarah dan Asal Mula Pertanian Indonesia
Indonesia memang menjadi negara yang kebanyakan penduduknya memiliki mata pencaharian bertani, namun dari sekian banyak lahan yang ada di Indonesia pada kenyataannya tak mampu menyokong sumber pangan masyarakat, terbukti bahwa tiap tahunnya pemerintah masih melakukan import beras dari negara asing untuk kebutuhan pangan masyarakatnya. Hal ini tentunya menjadi tanda tanya yang sangat besar, mengingat dengan luas lahan yang sangat mumpuni dengan keberadaan masyarakatnya yang mayoritas merupakan petani tentunya bahan pangan bukan hal yang sulit untuk di dapatkan.
Sebagian daerah yang memang mengandalkan segala hal dari hasil alam atau dengan bertani tentunya anda perlu mengetahui bagaimana sebenarnya asal muasal pertanian di Indonesia hingga pada akhirnya bisa semaju sekarang ini. Pertanian yang ada di Indonesia memang sudah ada sejak dulu, hanya saja dengan jenis tanaman yang berbeda. Jika dulu hanya sebatas pada padi, jagung dan juga umbi-umbian maka sekarang ini anda bisa menemukan tanaman yang beragam. Ini merupakan hasil dari penjajahan bangsa luar yang tak segan untuk mengenalkan tanaman bernilai jual tinggi ke Indonesia. Sedangkan dalam sejarahnya pembangunan pertanian yang ada di negara ini dimulai pada masa orde baru.
Pada masa pemerintahan Soeharto ini terjadi perombakan besar-besaran dalam berbagai macam sektor, apalagi jika melihat keadaan ekonomi sebelumnya yang sangat buruk maka kemudian berbagai macam hal dilakukan untuk pembenahan, terutama di bidang pertanian, bahkan ada beberapa macam pembangunan yang dilakukan yaitu dengan nama REPELITA atau yang dikenal dengan rencana pembangunan lima tahun.
Salah satu yang mendapat bagian disini adalah dalam sektor pertanian, apalagi pada zaman dahulu kebanyakan perekonomian pemerintah disokong oleh sektor pertanian, belum banyak industri yang berkembang di Indonesia sehingga mayoritas penduduknya masih mencari pendapatan dari bertani.
Sebagian besar perombakan tersebut adalah dengan dibuatnya berbagai macam bibit unggul, baik itu dari dalam negeri atau dengan menghasilkan bibit-bibit unggul dari luar negeri, kemudian mencoba di lahan yang ada da dibagikan kepada masyarakat. Program tersebut memang cukup berhasil untuk meningkatkan hasil alam dari Indonesia. Apalagi presiden Soeharto sendiri juga sangat mengutamakan produk dalam negeri dan mencegah masuknya berbagai macam produk luar sehingga kecukupan pangan Indonesia di tunjang dari dalam sendiri.
Jika melihat dari penggunaan alat-alat pertaniannya memang tak secanggih sekarang ini, namun hasil alam sangat berlimpah bahkan untuk mencukupi pangan seluruh negeri. Namun saat ini keadaan justru berlaku sebaliknya, Indonesia yang seharusnya menjadi negara penghasil beras ironisnya harus membeli dari negara tetangga, begitu juga untuk kebutuhan yang lainnya. pertanian yang seharusnya merupakan sektor utama yang harus dikembangkan justru tergeser oleh yang lainnya, salah satunya industri, padahal industri tak cocok dengan bangsa Indonesia.
  C.    Permasalahan
Di negara Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan dengan produksi pangan yaitu:
        Upaya meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi jumlah petani gurem, sementara pada saat bersamaan muncul gejala pelambatan produktivitas dan penurunan nilai tukar petani;
        Upaya mempertahankan momentum pertumbuhan tinggi produksi pangan dan membalikkan kecenderungan deselerasi pertumbuhan produksi menjadi akselerasi;
        Upaya mengatasi fenomena ketidakpastian produksi; dan
        Upaya meningkatkan daya saing produk pangan.
Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Indonesia adalah petani penggarap. Sehingga makin sulit mengharapkan memperoleh penghasilan seperti yang diinginkan. Apalagi pada musim hujan seperti saat ini, ancaman banjir juga makin membuat para petani merugi. Hasil panen menyusut atau malah tidak ada sama sekali karena diterjang ganasnya air.
Dewan Pakar Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (Wamti) Suprapto menyatakan para petani Indonesia jadi miskin terus. Ia menilai kondisi yang diderita oleh para petani kita sudah sangat memprihatinkan. Sebab penghasilan petani yang hanya Rp150.000 hingga Rp200.000/bulan tak bisa dibuat apa-apa sekarang ini. Karena itu, ia menyatakan jika pemerintah tak juga mengubah kebijakan, mereka berencana melakukan pemberontakan.
Dari sudut pandang sosiologi, dunia sosial secara sederhana dapat dibagi menjadi tiga pilar utama, yaitu pemerintah, pasar dan komunitas. Masing-masing menurut Suswono memiliki pilar paradigma, ideologi, nilai, norma, rules of the game dan bentuk keorganisasian sendiri. Antara satu pilar dan lainnya sangat terkait erat. Dan pemerintah pada umumnya menjadi tumpuan sebagai fasilitator, dinamisator dan regulator berjalannya sistem dan tata hubungan antara tiga pilar utama tersebut.

Pertanian kita cukup tertinggal dari negara lain padahal sayogyanya kita sebagai negara agraris sektor pertaniannyalah yang menjadi sektor utama untuk meningkatkan perekonomian kita. Dibawah ini adalah beberapa indikator yang menyebabkan pertanian kita cukup tertinggal :
         Kalau kita mempelajari indikator makro, terlihat bahwa ekonomi Indonesia sebelum krisis multidimensi 1998 hampir selalu tumbuh di atas 7 persen dan pada saat ini pertumbuhan ekonomi kita telah menunjukkan tanda-tanda membaik menuju ke kondisi sebelum krisis. Namun demikian, apabila kita memperhatikan besaran lainnya seperti Nilai Tukar Petani (NTP), produktivitas, aspek lingkungan hidup, perkembangan usaha pertanian, daya saing, efisiensi dan berbagai variable Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), kita dapat menyatakan bahwa masih banyak tantangan yang harus kita hadapi untuk memajukan pertanian kita, yang pada umumnya baru sampai pada tahap “bertahan hidup”.
         Kehidupan petani, khususnya petani pangan di Jawa, belum banyak berubah. Kalaupun ada, kemajuan itu terjadi pada segelintir elite desa. Sementara, jutaan petani lainnya, hanya dapat bertahan hidup di atas lahan pertanian yang semakin hari semakin menyempit. Sebaliknya, ada juga yang lahannya semakin melebar sebagai akibat belum optimalnya perangkat hukum di bidang pertanahan, serta hukum ekonomi pasar yang seringkali kurang berkeadilan. Jumlah petani gurem bukannya berkurang, tetapi semakin meningkat.
         Harga riil komoditas primer pertanian yang dihasilkan petani semakin hari semakin berkurang nilainya dibandingkan komoditas industri, biaya pendidikan dan kesehatan yang mereka butuhkan. Demikian pula biaya angkutan, harga sarana produksi yang selalu meningkat. Sebuah paradoks, upah buruh tani yang dirasakan oleh pemilik lahan dan penggarap semakin meningkat, bagi buruh tani masih belum cukup, sehingga banyak yang berangan-angan untuk ramai-ramai bekerja sebagai buruh kasar di negara lain.
Tantangan baru yang sedang dihadapi pemerintah adalah untuk menggalangkan peningkatan produktifitas di antara penghasil di daerah rural, dan menyediakan fondasi jangka panjang dalam peningkatan produktifitas secara terus menerus. Dalam menjawab tantangan tersebut hal berikut cukup penting untuk dipahami :
         Fokus dalam pendapatan para petani: titik berat di padi tidak lagi menjamin segi pendapatan petani maupun program keamanan pangan
         Peningkatan produktifitas: kunci peningkatan pendapatan petani, sehingga pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan
         Dana yang diperlukandan dapat diperoleh dari usaha sementara untuk memenuhi kebutuhan kredit para petani melalui skema kredit yang dibiayai oleh APBN
         Pertanian yang telah memiliki sistem irigasi sangat penting dan harus dipandang sebagai aktifitas antar sektor
         Fokus dari peran regulasi dari Departemen Pertanian perlu ditata ulang
Selain tantangan yang disebutkan diatas juga masih banyak permasalahan-permasalahan yang dialami para petani terutama petani kecil, seperti:

         Harga pupuk dan bibit yang cukup melambung
         Kurangnya lahan untuk mereka garap
         Harga panen mereka yang relative murah
         Sektor pasar, bahwa konsumen Indonesia lebih menghargai hasil produk luar di banding panen petani kita sendiri
         Sarana dan prasarana yang cukup sulit terutama didesa-desa yang kurang terjangkau oleh
   D.    Penanganan Masalah
Dapartemen Pertanian jelas mempunyai peran yang sangat  penting dalam menjawab semua tantangan diatas. Program-program dari Departemen Pertanian harus dilengkapi dengan bermacam-macam inisiatif dari badan pemerintahan nasional lainnya, pemerintahan lokal yang akan berada di garis depan dalam pengimplementasikan program, organisasi produsen di pedesaan yang bergerak dibidang agribisnis, dan para petani yang harus menjadi partner penting demi mendukung proses penting perubahan ini.
Adapun beberapa hal yang sebaiknya dilakukan untuk menjawab tntangan diatas adalah :
         Peningkatan pendapatan petani melalui diversifikasi lebih lanjut
         Memperkuat kapasitas regulasi
         Meningkatkan pengeluaran untuk penelitian pertanian
         Mendukung cara-cara baru dalam penyuluhan pertanian
         Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi
         Menjamin berlangsungnya irigasi
   E.     Manfaat Sistem Informasi dalam Pertanian
Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS) adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
Jadi intinya sim adalah suatu sistem atau cara yang digunakan manusia untuk mempaemudah kerja-kerjanya. dengan komputerisasi atau digitalisasi. dengan adanya SIM akan lebih mudah dalam membuat dan memberikan informasi.
Untuk dunia pertanian sangat bagus jika pengelolaan untuk usaha tani menggunakan SIM, bagaimana di mulai dari pengelolaan tanah, budidaya tanaman, hingga pemasaran produk pertanian. sehingga pengelolaan usaha tani akan lebih mudah dan efektif.
Contoh pemanfaatan sim dalam dunia pertanian
   ·         SIG dalam bidang Pertanian
Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus dilakukan, tidak terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam dunia pertanian.
Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau Geographical Information System, dan jika diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, kita bisa menyebutnya SIG atau Sistem Informasi Geografi. SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.
GIS ini sudah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data secara cepat. Misalnya dalam mengetahui seberapa besar kerusakan yang diakibatkan tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu. 
Secara garis besar, yang dapat dilakukan GIS dalam bidang pertanian adalah mencakup inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan sebagainya.
Singkatnya, yang dapat dibantu GIS untuk dunia pertanian adalah:
   ·         Mengelola Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Anda dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.Misalny GIS membantu menginventarisasi data-data lahan perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.
   ·         Mengelola Sistem Irigasi
Anda dapat menggunakan GIS untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.
   ·         Perencanaan dan riwayat sumberdaya kehutanan
Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengan sistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional sistem-sistem.
   ·         ArcView, aplikasi untuk GIS
Penggunaan GIS ini biasanya dengan aplikasi tertentu. Yang paling umum dipakai adalah ArcView.
Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum dipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan akibat bencana alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.
Dalam jangka panjang, bisa direduksi kemungkinan permasalahan lahan baik fisik maupun sosial. Bahkan dapat menjamin keberlangsungan perkebunan sebagai contohnya, dengan syarat pihak managemen senantiasa mempelajari berjalannya sistem ini dan mengambil keputusan managerial yang tepat.
   ·         Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user
   ·         Komponen SIG
Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi ke dalam lima komponen utama, yaitu:
1. Perangkat keras (Hardware)
2. Perangkat lunak (Software)
3. Pemakai (User)
4. Data
5. Metode
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
A.     Data spasial
Data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
B.     Data non-spasial
Disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
   ·         Aplikasi SIG di bidang Pertanian
penyusunan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pertanian di setiap Kabupaten dilakukan untuk memberikan gambaran seputar data-data pertanian di setiap Kabupaten, hal ini dilakukan dengan perangkat komputer secara online dan update (terkini), sehingga memudahkan user dalam memonitor perkembangan informasi pertanian di setiap Kabupaten.
Manajemen pengelolaan sistem perlu dilakukan secara sistematis, cepat, dan akurat untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan data pertanian di Kabupaten tersebut, Melalui pengaturan data yang baik, dengan melibatkan parameter-parameter perencanaan, dapat dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan data pertanian daerah secara efektif dan efisien. Guna mendukung sistem pengelolaan tersebut, perlu adanya sistem informasi data pertanian yang berbasis spasial dan tabular.
Pada awalnya area pemanfaatan SIG hanyalah dalam bidang teknika dan militer, namun kini sistem informasi ini juga dikembangkan untuk mendukung analisis sosial-budaya dan ekonomi. Saat ini SIG telah lazim dipergunakan dalam bidang transportasi dan navigasi, telekomunikasi, kesehatan, pendidikan, pariwisata, perbankan dan pemasaran. Tidak mengherankan apabila sekarang ini sejumlah perusahaan rokok dan kosmetik pun tak ketinggalan mengembangkan SIG sebagai media analisis pemasaran produk mereka. Meskipun multi-manfaat, secara sepintas lalu wujud SIG tidak jauh berbeda dengan peta digital biasa (jenis peta yang ditampilkan lewat layar komputer). Bedanya, setiap bagian dari peta SIG mengandung data-data informatif yang dimungkinkan untuk diolah, disunting, disimpan dan dipanggil kembali serta dianalisa secara terpadu sehingga pembaruan data bisa dilakukan dengan mudah. Istilahnya, tinggal klik, klik dan semua beres. Dengan sistem ini pula proses penjelasan suatu peristiwa, peramalan kejadian dan perencanaan akan semakin ringkas, sederhana dan menyeluruh sehingga tindakan pengambilan keputusan yang mendasarkan diri pada aspek-aspek informasi seperti ini akan sangat terbantu.
Salah satu komponen utama SIG adalah peta, akan tetapi untuk menjadi bagian dari sebuah sistem infomasi maka peta tersebut harus “dikawinkan” terlebih dahulu dengan suatu sumber data atau database dengan bantuan program komputer tertentu. Aplikasi komputer untuk SIG yang cukup populer contohnya Map Info, Arc View atau Grass. Data yang bisa dipergunakan pun bersyarat khusus, yakni data-data yang memiliki dimensi keruangan atau memiliki kaitan dengan lokasi dan bagian tertentu pada peta. Karena alasan tertentu, misalnya harga peta dasar yang mahal, biasanya cakupan ruangnya berkisar dari luasan administrasi skala kecamatan, propinsi hingga negara atau kawasan.
Wujud utama dari perkawinan antara peta dan data tersebut masih berupa peta. Hanya saja, berkat proses penggabungan data dan grafis peta SIG menjelma menjadi sebuah “peta pintar”. Kenapa disebut pintar? Karena peta ini dapat disajikan dalam bentuk lapisan-lapisan (layer) gambar yang masing-masing mewakili informasi yang berasal dari database. Data-data tersebut dipilah sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicukupi melalui sistem informasi ini, misalnya saja untuk memenuhi kebutuhan inventarisasi, dokumentasi atau navigasi. Layanan lain yang jauh lebih pintar adalah kemampuan aplikasi-aplikasi SIG untuk melakukan analisa. Dengan penggabungan beberapa jenis data yang relevan, dapat diperoleh analisa mengenai suatu permasalahan atau potensi. Hasil analisa tersebut bisa dimanfaatkan sebagai rekomendasi atau dasar pengambilan keputusan yang mencakup perencanaan, pengelolaan atau penentuan kebijakan, baik oleh instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum.
   ·         SIG untuk petani
Untuk membangun SIG pertanian sangat dimungkinkan karena syarat-syarat geografis jelas bisa terpenuhi. Lokasi lahan pertanian bisa diubah menjadi data alamat atau data koordinat yang berguna dalam penentuan titik lokasi pada peta. Tentu dibutuhkan pula data-data lainnya seperti misalnya jenis komoditas pertanian, luas lahan, kuantitas dan kualitas hasil panen, pasar terdekat atau pasar yang paling potensial dan tingkat harga pada waktu tertentu.
                 III.  PENUTUP
Kehidupan para petani sekarang sedang berada diujung tanduk. Banyak dari mereka yang masih hidup kekurangan. Jadi, wajar saja jika akhirnya mereka melakukan pemberontakan. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok yang dari waktu ke waktu terus meningkat, ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan juga terus melambung. Ini juga merupakan ancaman bagi para petani.
Selain itu harga pupuk, bibit dan perlengkapan pertanian lainnya  turut melambung tinggi sehingga lebih dapat menyusahkan petani. Hal ini masih ditambah dengan harga panen mereka yang terkadang menurun dan ditawar oleh tengkulak sehingga menambah penderitaan petani.
Seharusnya pemerintah berperan aktif terutama dalam memajukan kesejahteraan petani. Walaupun tidak secara langsung setidaknya pemerintah dapat membantu petani dengan cara sebagai fasilitator di dalam membangun pertanian. Secara tidak langsung pemerintah seyogyanya berperan sebagai “pengayom” yang mampu mendistribusikan manfaat sumber daya alam secara adil dan merata sesuai dengan salah satu tujuan luhur kita mendirikan Negara Indonesia yang tergambar di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kita. Namun, kenyataannya dengan adanya beberapa kebijakan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah malah mencekik petani. Misalnya saja; harga pupuk dan bibit yang melambung sedangkan harga jual hasil panen mereka cenderung lebih murah.
Peran pemerintah juga tak bisa dipungkiri lagi mempengaruhi peranan petani dalam memaksimalkan hasil panennya. Tak bisa dipungkiri lagi pertanian sedikit banyak telah membantu perekonomian di Indonesia. Banyak bukti yang memperkuat pernyataan diatas salah satunya adalah kita telah mencapai swasembada beras. Hal ini tidak luput dari poeran besar petani. Namun, terkadang kita menganggap remeh petani padahal apabila kita telaah lebih dalam lagi tanpa petani apa yang bisa kita lakukan. Tanpa adanya petani bisa saja kita merugukan perekonomian negara karena tanpa petani mungkin kita hanya dapat mengimpor semua bahan makanan pokok dan itu menandakan bahwa semakin banyak pengeluaran negara.




Daftar Pustaka:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Pembuatan Animasi Flash Stickman Berjalan

Aplikasi Sistem Cerdas ATM dikehidupan sehari-hari

Information Technology Infrastructure Library (ITIL)